Minggu, 30 Desember 2018

Janjinya Jangan Cuma Jargon Semata



Kasus panas yang menimpa penyidik senior KPK Novel Baswedan yang belum terungkap siapa dalang dari penyiraman misterius, telah sampai pada hari ke-500. Pada tanggal 11 April 2017 lalu Novel Baswedan disiram air keras (Asam Sulfat) saat hendak pulang ke rumah selepas sholat subuh oleh dua orang yang mengendarai sepeda motor. Peristiwa itu terjadi sekitar 30 meter dari pintu masjid di dekat rumah Novel. Sambil berteriak minta tolong, Novel kembali ke masjid. Karena gelap dan tak dapat melihat, penyidik KPK itu menabrak pohon nangka di depan rumah Ketua RT 003 RW 010, Wisnu Broto.

Novel menegaskan penyerangan terhadap KPK bukan hanya sekali, bukan hanya terhadap dirinya. Dia pun membahas mengenai serangan terhadap safe house KPK.  “saya sampaikan dengan jelas bahwa penyerangan ini bukan satu kali. Ada ancaman pembunuhan pegawai KPK dan itu direct dan ada serangan lainya seperti menyerang safe house KPK, ada penculikan pegawai KPK dan itu diduga dilakukan pihak pihak yang sama. Ini harus diungkap," jelasnya. 

Menurut Novel, Presiden
RI harus menaruh perhatian atas insiden ini dan segera mengungkap semuanya. Novel kembali mengingatkan soal penyerangan terhadap pegawai KPK adalah persoalan serius. "Saya berharap dengan ini jadi perhatian ke depan Presiden RI, maka setidaknya nggak terjadi lagi di KPK dan ini harus diungkap semuanya. Saya pernah sampaikan setidaknya ada dua kali pegawai KPK diculik dan itu tidak dianggap sebagai masalah, itu hal serius, dan banyak lagi masalah lain yang pernah saya sampaikan," tutur Novel. 

Koordinator juru bicara pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden nomor urut 02, Dahnil Anzar Simanjuntak, mengaku turut meramaikan tagar di media sosial yaitu #500HariNovelDiserang sebagai pengingat bahwa negara atau aparat keamanan masih belum bisa menemukan pelaku, aktor sekaligus dalang dari penyerangan Novel Baswedan. Hal tersebut sengaja dikemukakan oleh Dahnil agar masyarakat tahu masih banyak kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di rezim Joko Widodo yang tak kunjung usai dan tak berani diusut atau diungkapkan.
           
 Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah itu mengungkit janji Presiden Joko Widodo yang akan memimpin langsung pemberantasan korupsi. Selain itu, imbuh Dahnil, Pak Joko Widodo adalah seorang kepala negara dan pemerintahan yang memiliki tanggung jawab terhadap kasus hukum di negeri ini. "Jadi mereka harus ingat janji Pak Joko Widodo soal pemberantasan korupsi itu. Jelas berkaitan dengan kasus Novel Baswedan. Kalau tidak mau dialamatkan ke Pak Joko Widodo, ya enggak usah jadi presiden lagi," ucap Dahnil menyindir.

Ambisi Presiden Joko Widodo yang menggembor-gemborkan persoalan infrastruktur mengalahkan banyak kasus yang harusnya diusut serta dirampungkan mengenai banyak hal seperti kasus korupsi, ekonomi yang terombang-ambing oleh berita oposisi maupun pro pemerintah dan rakyat yang mampu seharusnya bisa menelaah dan membantu proses peningkatan ekonomi di Indonesia.                            
 Malah banyak mendapat asupan dari dua sumber sekaligus dan akhirnya bingung manakah keadaan yang benar terjadi di negeri yang mereka cintai ini. bukan persoalan mana yang benar dan mana yang salah, sebaiknya pemerintah konsisten dengan statement yang mereka luncurkan bukan hanya ungkapan semata dan membuat banyak rakyat bertanya-tanya dan bersuara mengkritik pemerintah entah itu lewat sosial media maupun lewat orasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

The Memorable Day At BloggerDay 2019 Bandung: dari Trans Studio hingga Crowne Plaza!

Habis Friday pastilah Saturday Pas Saturday bersama yang tersayang Dapat undangan dari BloggerDay Bikin hati girang melayang-layang...