Wanginya
cerita tentang kopi Indonesia yang bercita rasa tinggi dan nikmat sudah tidak
asing lagi di mata dunia, bahkan kopi Indonesia sudah punya tempat tersendiri
di hati para pecinta kopi, paling tidak ada dua hal yang membuat kopi Indonesia
laku di pasar global. Pertama adalah cita rasanya yang tinggi, kedua adalah
variasi yang beragam dengan cita rasa yang berbeda setiap variasi.
Berkat
keberhasilan beberapa produsen kopi tanah air yang meraih penghargaan AVPA
Gourment di Paris, Prancis pada tanggal 2 Oktober 2018, peluang kopi tanah air
untuk diekspor ke mancanegara semakin lebar terbuka.
AVPA atau Agency
for the Valorization of the Agricultural Products merupakan organisasi di Prancis
yang bertujuan untuk membantu produsen pertanian memasarkan produknya, terutama
di daerah Eropa.
Setidaknya
ada 170 produsen kopi dari berbagai negara mengikuti kompetisi AVPA. Country Manager AVPA untuk Indonesia,
Annelis Putri, menyebutkan bahwa Presiden Juri, André Rocher, terkejut saat
mencoba kopi Indonesia. Bagaimana tidak? Dengan kualitas kopi yang bervariasi
dan kualitas roasting yang sangat baik, kopi andalan dari Indonesia berani
bersaing dengan ratusan kompetitor dari seluruh dunia.
Berkat
keunggulan ini, 23 kopi Indonesia dari 11 produsen, sukses meraih penghargaan
dalam kompetisi tersebut. Indonesia menjadi negara kedua dengan penghargaan
terbanyak setelah Kolombia (dengan 25 penghargaan untuk 14 produsen).
Akan
tetapi, di balik apresiasi kopi Indonesia di dunia internasional, ada
kekhawatiran yang menghantui masa depan kopi tanah air. Bukan soal cita
rasanya, tetapi lebih pada rendahnya produksi kopi dengan sempitnya lahan untuk
menanam kopi.
Memang
Indonesia masih menjadi salah satu negara dengan eksportir kopi terbesar di
dunia dengan produksi mencapai 630.000 ton per tahun dengan tujuan utama
Amerika Serikat, Malaysia, Jerman, Italia, Rusia, dan Jepang. Asosiasi
Eksportir Kopi Indonesia atau AEKI mencatat, nilai ekspor kopi yang terbilang
fantatis. Per tahunnya bisa mencapai USD 1,2 miliar atau sekitar 16,8 triliun
Rupiah.
Namun
ada ketimbangan antara pertumbuhan konsumsi kopi nasional dengan tingkat produksi
kopi. Konsumsi kopi dalam lima tahun terakhir meningkat sebesar 8,8% per tahunnya,
sedangkan produksinya jauh tertinggal, hanya sebesar 0,3% per tahunnya.
Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, mengatakan bahwa perlu
langkah strategis untuk mengatasi masalah ini. Salah satunya memperluas lahan
untuk menanam kopi, ini penting karena ketika konsumsi kopi terus naik
sedangkan lahan malah stagnan, maka tidak akan seimbang antara suplai dengan
permintaan, untuk itu luas lahan petani harus ditingkatkan.
Selain
masalah lahan, rendahnya produktivitas menjadi masalah lain. Petani Indonesia
saat ini baru bisa memproduksi kopi sekitar 0,53 ton per hektar dari total
potensi sebesar 2 ton.
Dua
masalah serius ini harus segera dicarikan solusinya, karena jika tidak dalam
jangka panjang, walaupun hanya beberapa tahun ke depan mungkin saja negara yang kaya dengan aneka
jenis kopi ini akan jadi pengimpor. Tentu kondisi ini tidak diinginkan kerena
negeri ini memiliki lahan luas nan subur untuk ditanami kopi dengan segala
keanekaragaman jenis kopi yang tidak ternilai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar